Rabu, 15 Juni 2011

Analisis SWOT

Strength
Ilmu komunikasi itu merupakan ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lainnya. Sebenarnya komunikasi itu sangatlah penting bagi manusia karena dengan adanya komunikasi, manusia dapat dengan bebas menyatakan pendapatnya kepada manusia lainnya dan berhak pula manusia lainnya itu memberikan jawaban lain untuk mengemukakan pendapatnya.

Weakness
Biasanya ada pula blog-blog tentang ilmu pengetahuan yang kurang lengkap dan tidak mencantumkan sumber sehingga mahasiswa yang membuka blog tersebut pun mencari-cari sumber dari data yang di ambil dari blog tersebut.

Opportunity
Blog ini akan memberikan referensi di setiap sumber data yang di ambil sehingga akan memudahkan mahasiswa, selain itu blog ini juga memberikan contoh-contoh kasus yang terjadi pada saat ini dan di butuhkan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa ilmu komunikasi.

Threat
Ancaman bagi blog ini adalah blog-blog lain yang serupa tapi tak sama namun ada kemungkinan blog tersebut mendapatkan data yang kurang lengkap, referensi yang tidak dicantumkan secara jelas, dan sebagainya. tetapi blog ini akan mencoba bertahan untuk tetap exist walaupun ada ancaman lainnya seperti blog-blog ilmu pengetahuan lainnya.

Studi Kasus dalam Public Relations

Dalam  studi  atau penelitian tentang kehumasan dan organiasi ,  terutama  di Amerika Serikat, Toth (1992) mengemukakan adanya tiga  pendekatan yang  cukup menonjol, yakni pendekatan rhetorik  atau  rhetorical approach, pendekatan sistem atau systems approach dan  pendekatan kritis atau critical approach.
Kadang  pendekatan  retorik dan pendekatan  kritik  dianggap sama,  namun  ada juga yang melihatnya  sebagai  pendekatan  yang berbeda.  Pendekatan  rhetorik melihat humas sebagai alat  yang  dipergunakan  oleh  organisasi  untuk  membujuk  atau mempersuasi  pihak-pihak lain yang berkepentingan  yang  dihadapi organisasi.  Titik perhatiannya terletak pada  penggunaan  wacana atau discourse   untuk   membujuk  kalangan   pihak   berkepentingan atau stakeholders.
Dalam batasan ini, humas  tidak  lain daripada  sebuah  bentuk retorik yang  dengannya,  orang  secara pribadi  maupun  atas  nama perusahaan  mempengaruhi  pendapat,  membentuk saling pemahaman, penilaian dan juga sikap. Untuk  itu, ia  memandang  retorik sangat penting  dalam  masyarakat  karena melalui  retorikalah, pendapat, pengertian dan  penilaian  dapat dibentuk dan tindakan dapat diambil.
Telaah  dari pendekatan retorik dalam  penelitian-penelitian humas mengamati  isi  atau  contents  dari  berbagai komunikasi  yang  dilakukan oleh organisasi. Bentuknya  bisa  isi pidato, isi penerbitan-penerbitan internal, press release, maupun isi  komunikasi melalui media audio visual serta  isi  komunikasi bentuk lain seperti yang diliput oleh media massa.
Sementara pendekatan  kritis tertumpu pada ekonomi politik.  Pendekatan ini   humas dilihat   dalam   hubungannya   dengan kepentingan  siapa  yang  sedang dilayani  oleh  praktisi  humas atau komunikasi korporat.
Kebanyakan sarjana   dari  aliran  kritis  dalam  studi   humas  menganalisa  organisasi  dan pesan-pesan yang  ditampilkan  bukan dalam usaha untuk memperbaiki perusahaan bersangkutan. Kata lain di  pendekatan  ini peranan utama humas  dalam  sebuah organisasi adalah untuk mempertahankan organisasi melalui  usaha-usaha  pengontrolan terhadap lingkungan organisasi.
Penelitian  dalam bidang kajian humas dapat dibedakan dalam tiga kategori besar. Seperti dinyatakan oleh Pavlik (1987):
Three major types of humas research : applied,  basis, and  introspective. Applied research examines specific  practical issues; in many instances it is done to solve a spesific problem. A  branch  of applied research, strategic research,  is  used  to develop  PR compaigns and programs. According  to Broom &  Dozier (1990),  strategic research is “deciding where you want to be  in the future… anda how to get there.” A second branch, evaluation research,  is done to assess the effectiveness of PR program  and is discussed in more detail.
Basic  research  in humas creates knowledge that  cuts across  PR  situations. It is most interested  in  examining  the underlying proceses and in constructing theories that explain the PR  process. Introspective  research,  which  examines the  fields  of  PR .
(seperti dikutip Wimmer dan Dominick, 2000: 365)
Dari  tinjauan teknik penelitian, untuk bidang kajian humas yang paling sering  dilakukan adalah penelitian survei, analisis isi, dan focus groups discussion. Namun, studi kasus akhir-akhir ini menjadi kajian yang paling sering dilakukan (Ruslan, 1995: 13).  Studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehesif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau komunitas, suatu program, atau suatu situasi sosial. Metode yang serng dilakukan adalah wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen atau dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci (Mulyana, 2001 : 201-202).
Sementara itu keistimewaan studi kasus menurut Lincoln dan Guba :
  1. merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni meyajikan pandangan subyek yang diteliti
  2. menyajikan uraian menyeluruh mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari
  3. merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden
  4. memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustwortiness)
  5. memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian dan transferabilitas.
  6. terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut (dalam Mulyana, 2001 : 203).
Rancangan umum untuk studi kasus dapat digambarkan sebagai sebuah corong. Awal studi adalah bagian corong yang lebar. Ini menunjukkan peneliti menjajagi tempat-tempat dan orang-orang yang mungkin dijadikan  subyek atau sumber data. Dan memungkinkan pengembangan dalam proses pencarian dan pemilahan data yang ada. Selanjutnya menyempit ke tempat penelitian, subyek bahan dan tema (Bogdan dan Biklen, 1990: 73).
Menurut Arifin (1994: 51) sifat metode yang berorientasi kasus adalah holistik. Metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian. Jadi hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks keseluruhan dan yang kedua juga dipahami sebagai perkiraan.
Dari awal penjajagan yang luas peneliti menuju lebih terarah ke pengumpulan data dan analisa  beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Bogdan dan Biklen (1990: 78-80) adalah informan penting, yakni orang-orang yang mempunyai pemahaman mendalam mengenai apa yang terjadi, sampling waktu, yang sangat berkaitan dengan ketersediaan dokumen dan data pendukung lain.

tokoh-tokoh komunikasi

1. Harold Lasswell.
Harold Dwight Lasswell dilahirkan di Donnellson, Illinois, ia merupakan anak dari seorang pendeta Presbiterian dan guru sekolah, yang terlahir pada 13 Februari 1902. Ia belajar di Universitas Chicago pada umur 16 tahun dan lulus pada 1922. Ia menerima gelar doktor dari institusi yang sama pada tahun 1926, disertasinya, Teknik Propaganda dalam Perang Dunia (1927) diakui sebagai studi terkemuka pada bidang teori komunikasi. Di Chicago, ia belajar di bawah Charles Merriam, yang pertama kali mengemukakan pemahaman perilaku politik. Dia juga belajar di Universitas London, Jenewa, Paris, dan Berlin. Di Berlin ia belajar bersama Sigmund Freud, dengan pendekatan psikologis untuk ilmu politik.
2.Claude Shannon

Shannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky, Michigan. Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-benda elekotronika, seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami ilmu pengetahuan dan matematika. Shannon mengambil dua bidang pendidikan pada tingkat sarjana di Universitas Michigan; Jurusan Teknik Elektronika dan Matematika. Pada usia 21 tahun tepatnya tahun 1936 Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi asisten peneliti Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada jurusan Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal. Sumbangsihnya terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan model matematika.

3. Warren Weaver

Weaver (1894-1978), adalah seorang ilmuwan Amerika, lulusan. Univ. of Wisconsin. Ia mengajar matematika di Wisconsin (1920-1932), Weaver adalah direktur divisi ilmu alam di Institut Rockefeller (1932-1955), dan konsultan ilmu (1947-1951), wali amanat (1954), dan wakil presiden (dari 1958 ) di Institut Sloan-Kettering untuk Riset Kanker. Penelitian Weaver adalah tentang masalah komunikasi dalam ilmu pengetahuan dan dalam teori matematika probabilitas. Dia adalah salah satu pendiri teori informasi, atau teori komunikasi. Tulisan-tulisannya meliputi kata pengantar untuk bekerja di lapangan bersama Claude E. Shannon’s The Mathematical Theory of Communication (1949).

4. Wilbur Lang Schramm

Wilbur Lang Schramm (5 Agustus 1907 – 27 Desember 1987) kadang-kadang disebut sebagai “bapak komunikasi,” dan memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan penelitian komunikasi di Amerika Serikat, dan mendirikan departemen studi komunikasi di US universitas.
Schramm lahir di Marietta, Ohio. Setelah bekerja untuk Associated Press, ia menerima gelar MA dalam peradaban Amerika di Harvard University dan gelar Ph.D. dalam bahasa Inggris di University of Iowa, di mana ia akhirnya mendirikan workshop penulisan kreatif.
Ia mendirikan Lembaga Penelitian Komunikasi di Universitas Illinois di Urbana-Champaign dan program komunikasi di Stanford University. Dia adalah mantan direktur Timur-Barat Komunikasi Institute di East-West Center di Honolulu, Hawaii. Schramm terutama berpengaruh bagi buku-nya tahun 1964 ”Mass Media and National Development” yang diterbitkan dalam kaitannya dengan UNESCO, yang secara efektif memulai penelitian hubungan antara penyebaran teknologi komunikasi dan pembangunan sosial-ekonomi.

5. Melvin Lawrence DeFleur

Ia lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon, ia adalah seorang profesor dan sarjana di bidang komunikasi. Bidang studi awalnya adalah ilmu-ilmu sosial. DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari University of Washington pada tahun 1954. Tesisnya, Eksperimental studi hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, mencakup sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi disebarkan melalui | masyarakat Amerika.
Dia telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky (1963-1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico (1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994) dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini sebagai profesor komunikasi di Universitas Boston Departemen Komunikasi Massa, Periklanan dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia adalah seorang Profesor Fulbright ke Argentina dua kali: dan berafiliasi dengan sosiologis Argentina dan Ibero-Interamerican Sociological Society, dimana ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.

6. George Gerbner (8 Agustus 1919 – 24 Desember 2005)
Gerbner adalah seorang profesor Komunikasi dan pendiri teori kultivasi. Lahir di Budapest, Hungaria, dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada akhir tahun 1939. Gerbner meraih gelar sarjana dalam jurnalisme dari Universitas California, Berkeley pada 1942. Ia bekerja sebentar untuk San Francisco Chronicle sebagai penulis, kolumnis dan assisten editor keuangan. Ia bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1943. Ia bergabung dengan Office of Strategic Services sementara melayani dan menerima Bintang Perunggu. Setelah perang ia bekerja sebagai penulis lepas dan penerbit dan mengajar jurnalistik di El Camino College sambil mendapatkan (1951) dan doktor master (1955) dalam komunikasi di University of Southern California. disertasi-Nya, “Toward a General Theory of Communication,” memenangkan penghargaan USC untuk “disertasi terbaik.”
7. David K.Berlo
Berlo lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu mahasiswa generasi pertama di Program Doktor Komunikasi di bawah kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai penemu program komuniaksi di Universitas Michigan yang banyak melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks komunikasi yang terkenal, The Process of Communication (1960). Buku ini mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-Receiver. Berlo mendasarkan rumusannya pada model komuniaksi yang dirumuskan Shannon, yaitu teori informasi dengan model matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program doktor yang dipimpin Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo adalah mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak menjadi pimpinan di fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.

Senin, 06 Juni 2011

Teori-teori Komunikasi

1. Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.

Teori Komunikasi Massa

Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.

1. Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition)
Teori pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini, jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.

Kemudian pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an, berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).